Kisah Presiden Iran, Ahmedi Najad

Mahmoud Ahmadinejad, nama tokoh yang saat ini kian menggema ke berbagai penjuru dunia. Banyak masyarakat dunia yang berdecak kagum. Ada yang pro dan ada yang kontra dengan berbagai tindak tanduknya saat ini. Tokoh ini tampil untuk mewakili ketertindasan bangsa-bangsa di dunia yang kini berada di bawah hegemoni Negara Adidaya Amerika Serikat. Ada banyak hal yang menarik dari sosok seorang figur Ahmedinejad sebagai pemimpin, yang dapat menyentuh nurani kita. Kerendahan hati, Kepandaian Berdiplomasi, Kesantunan Budi Pekerti, Kesederhanaan, Ketegasan, dan Kedermawanan. Tidak terlalu berlebihan jika untuk saat ini sosok beliau merupakan figur seorang pemimpin yang ideal. Seperti apakah Ahmadinejad, berikut ulasan tentang beliau yang saya rangkum dari berbagai sumber.

Sebelum menjabat sebagai presiden Iran beliau adalah walikota Teheran, periode 2003-2005. Teheran, ibukota Iran, kota dengan sejuta paradoks, memiliki populasi hampir dua kali lipat dari Jakarta, yaitu sebesar 16 juta penduduk. Untuk bisa menjadi walikota dari ibukota negara tentu sudah merupakan prestasi tersendiri mengingat betapa Iran adalah negara yang dikuasai oleh para mullah. Ia bukanlah ulama bersorban, tokoh revolusi, dan karir birokrasinya kurang dari 10 tahun. Beliau tinggal di gang buntu, maniak bola, tak punya sofa di rumahnya, dan kemana-mana dengan mobil Peugeot tahun 1977. Penampilannya sendiri jauh dari menarik untuk dijadikan gosip, apalagi jadi selebriti. Rambutnya kusam seperti tidak pernah merasakan sampo dan sepatunya itu-itu terus, bolong disana-sini, mirip alas kaki tukang sapu jalanan di belantara Jakarta.

Dalam tempo setahun pertanyaan tentang kemampuannya memimpin terjawab.

Warga Teheran menemukan bahwa walikotanya sebagai pejabat yang bangga bisa menyapu sendiri jalan-jalan kota, gatal tangannya jika ada selokan yang mampet dan turun tangan untuk membersihkannya sendiri, menyetir sendiri mobilnya ke kantor dan bekerja hingga dini hari sekedar untuk memastikan bahwa Teheran dapat mejadi lebih nyaman untuk ditinggali.

“Saya bangga bisa menyapu jalanan di Teheran.”Katanya tanpa berusahauntuk tampil sok sederhana. Di belahan dunia lain sosoknya mungkin dapat dijadikan reality show atau bahkan aliran kepercayaan baru. Ia juga menunjukkan dirinya sebagai pekerja keras yang sengaja memperpanjang jam kerjanya agar dapat menerima warga kota yang ingin mengadu.

Ketika menjabat sebagai walikota salah satu keberhasilan yang dirasakan oleh warga kota Teheran adalah spesialisasinya sebagai seorang doktor dibidang manajemen transportasi dan lalu lintas perkotaan. Secara dramatis Ia berhasil menekan tingkat kemacetan di Teheran dengan mencopot lampu-lampu di perempatan jalan besar dan mengubahnya menjadi jalur putar balik yang sangat efektif. Setalah menjabat dua tahun sebagai walikota Teheran ia masuk dalamfinalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor 2005 dari 550 walikota yang masuk nominasi. Hanya sembilan yang dari Asia, termasuk Ahmadinejad.

Pada tanggal 24 Juni 2005 Ia menjadi bahan pembicaraan seluruh dunia karena berhasil menjadi presiden Iran setelah mengkanvaskan ulama-cum-mlliter Ali Hashemi Rafsanjani dalam pemilihan umum. Bagaimana mungkin padahal pada awal kampanye namanya bahkan tidak masuk hitungan karena yang maju adalah para tokoh yang memiliki hampir segalanya dibandingkan dengannya? Pada masa kampanye ketika para kontestan mengorek sakunya dalam-dalam untuk menarik perhatian massa, Ahmadinejad bahkan tidak sanggup untuk mencetak foto-foto dan atributnya sebagai calon presiden. Sebagai walikota ia menyumbangkan semua gajinya dan hidup dengan gajinya sebagai dosen. Ia tidak mampu untuk mengeluarkan uang sepeser pun untuk kampanye! Sebaliknya Ia justru menghantam para calon presiden yang menggunakan dana ratusan milyar untuk berkampanye atau yang bagi-bagi uang untuk menarik simpati rakyat.

Pada pemilu putaran pertama keanehan terjadi, Nama Ahmadinejad menyodok ke tempat ketiga. Di atasnya dua dedengkot politik yang jauh lebih senior di atasnya, Akbar Hashemi Rafsanjani dan Mahdi Karrubi. Rafsanjani tetap menjadi favorit untuk memenangi pemilu ini mengingat reputasi dan tangguhnya mesin politiknya. Tapi rakyat Iran punya rencana dan harapan lain, Ahmadinejad memenangi pemilu dengan 61 % sedangkan Rafsanjani hanya 35%. Logika real politik dibikin jungkir balik olehnya.

Ahmedi Najad, adalah presiden Iran yang membuat orang terngaga, karena pada saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Iran Istana yang sangat tinggi nilai maupun harganya itu kepada masjid-masjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.

TV Fox (AS) pernah menanyakan pada Presiden Iran Ahmedi Najad; “Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?” Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya: ”Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”

Langkah pertamanya ketika menjabat sebagai presiden adalah mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu-satunya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinyaseorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan.

Bahkan Ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan Ia bertugas untuk menjaganya. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, Ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.

Sejak hari pertama menjabat Ia langsung mengadakan kebijakan yang bersifat religius seperti memisahkan lift bagi laki-laki dan perempuan (ini tentu menarik hati para wanita di Teheran), menggandakan pinjaman lunak bagi pasangan muda yang hendak menikah dari 6 juta rial menjadi 12 juta rial, pembagian sup gratis bagi orang miskin setiap pekan, dan menjadikan rumah dinas walikota sebagai museum publik! Ia sendiri memilih tinggal di rumah pribadinya di kawasan Narmak yang miskin yang hanya berukuran luas 170 m persegi. Ia bahkan melarang pemberian sajian pisang bagi tamu walikota mengingat pisang merupakan buah yang sangat mahal dan bisa berharga 6000 rupiah per bijinya.

Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu Ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan dua kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.

Di banyak kesempatan Ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri-menterinya untuk datang kepadanya dan menteri-menteri tersebut akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan-arahan darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri-menterinya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri-menteri tersebut berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.

Hal lain yang Ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, Ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, Ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri-menterinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri-menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara-upacara seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.

Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.

Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Tentu tidak, kewibawaan sejati seseorang tercipta karena keindahaan akhlak dan perilakunya dan bukan karena jabatan dan protokoler yang ketat.

Meski telah terpilih menjadi presiden ia sama sekali tidak mengubah penampilannya. Ia tetap tampil bersahaja dan jauh dari pamor kepresidenan. Pada salah satu acara dengan kalangan mahasiswa salah satu peserta menanyakan penampilannya yang tidak menunjukkan tampang presiden tersebut. Dengan lugas ia menjawab,:”Tapi saya punya tampang pelayan. Dan saya hanya ingin menjadi pelayan rakyat.” Sungguh pemimpin yang memiliki akhlak yang mulia! Alangkah rendah hatinya pemimpin satu ini. Tak salah jika ia dicintai oleh begitu banyak mahluk Tuhan di seluruh muka bumi.

Ketika pemimpin Iran ini berkunjung ke Indonesia pemimpin Redaksi SCTV Rosiana Silalahi sempat terperangah di saat Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad terkesan tidak serius melayani nya pada wawancara di Hotel Mulia, Kamis 11 Mei 2006 malam. “Cukup satu pertanyaan,” ujar Presiden Iran dengan ringan.

Rosiana berusaha memohon diberi waktu sepuluh menit. Lalu tanpa menunggu persetujuan orang nomor satu Iran itu, Rosiana nyerocos dengan rentetan pertanyaan. Presiden Iran menjawab dengan jelas, tetapi tiba-tiba ia memotong, “Wah ini sudah tiga pertanyaan.” Sampai akhirnya Presiden Iran berdiri dan menyatakan wawancara usai.

Rosiana melihat masalah itu lumrah karena wajarlah seorang presiden amat sibuk. Tetapi dua setengah jam kemudian, sekitar pukul 23.30, utusan khusus Presiden Iran menelepon dia dan menyatakan rupanya ada kekeliruan jadwal. Ia memang dijadwalkan wawancara dengan Presiden Iran. Oleh karena itu, Presiden Iran menyampaikan maaf tidak dapat melayani wawancara dengan Rosiana sebagaimana layaknya.

Tak sampai di situ, sejam kemudian, Jumat pukul 00.30, (malam) utusan khusus itu menelepon lagi dan menyatakan mesti bertemu langsung dengan Rosiana menyampaikan message Presiden. Tak lama kemudian utusan itu tiba di rumah Rosiana di Pejaten dengan mobil Dubes Iran. Terkejut-kejut Rosiana menerima utusan khusus itu yang datang untuk menyampaikan maaf dan memberi kado.

“Saya amat kagum pada Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Saya malah diundang khusus ke Iran,” ujar Rosiana.

Subhanallah ! Sungguh seorang pemimpin yang memiliki akhlak yang mulia. Tuhan mencintai siapa yang merendah dalam kehidupan pribadinya! sumber klik

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Kisah Presiden Iran, Ahmedi Najad"

Posting Komentar